Pelarian Sehari ke Pulau Labun: Sejenak Menepi dari Riuhnya Batam

Kadang, yang kita butuhkan bukan perjalanan jauh atau tiket pesawat ke tempat-tempat eksotis. Kadang, pelarian kecil dari rutinitas sudah cukup untuk menyegarkan kepala. Itu yang saya pikirkan saat seorang teman tiba-tiba mengajak, “Ayo ke Pulau Labun weekend ini?”

Saya sempat ragu. Pulau Labun? Saya pernah dengar, tapi tidak banyak. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Batam, tetapi juga tidak sepopuler Pulau Abang atau Pulau Ranoh. Tapi justru itu yang membuatnya menarik.

Tanpa banyak pikir, kita gasskan saja.... 

Berangkat dari Sekupang: Awal Perjalanan ke Pulau Labun

Sabtu pagi, saya dan beberapa teman berkumpul di Pelabuhan Sekupang. Dari sini, kami akan naik kapal ke Pulau Labun. Cuaca cerah, angin laut berhembus pelan, dan pelabuhan pagi itu cukup ramai dengan aktivitas orang-orang yang bepergian ke berbagai pulau kecil di sekitar Batam.

Perjalanan ke Pulau Labun tidak butuh waktu lama. Sekitar 30 menit dengan kapal yang cukup besar, bisa muat sekitar 30 an orang, dan selama itu saya lebih banyak menikmati pemandangan. Air laut berkilauan di bawah sinar matahari, dan dari kejauhan, pulau-pulau kecil mulai terlihat satu per satu.

Yang menarik, perjalanan ini terasa seperti menyusuri bagian Batam yang jarang terekspos. Banyak yang mengenal Batam hanya dari sisi industrinya—gedung-gedung perkantoran, kawasan ekonomi khusus, atau mal-mal besar di pusat kota. Tetapi di sekitar pulau-pulau kecil ini, Batam menunjukkan wajah yang berbeda. Lebih tenang, lebih alami.

Setelah setengah jam berlayar, kami akhirnya tiba di dermaga kecil Pulau Labun.

Pulau Labun: Lautan Biru, Pantai Sunyi, dan Alam yang Menenangkan


Dari dermaga, saya bisa langsung melihat air laut yang begitu jernih. Bahkan tanpa harus menyelam, saya sudah bisa melihat ikan-ikan kecil berenang di bawah permukaan.

Pulau Labun ini tidak terlalu besar, tetapi itulah daya tariknya. Tidak ada suara bising kendaraan atau bangunan tinggi. Hanya suara ombak, angin, dan pepohonan yang bergoyang pelan.

Di pulau ini memang ada Labun Island Resort, satu-satunya penginapan yang menawarkan pengalaman menginap di tepi pantai. Tapi kami tidak berencana menginap—hanya datang untuk menikmati suasana, snorkeling, dan kembali ke Batam sore nanti.

Snorkeling: Bertemu Dunia Bawah Laut

Setelah sedikit menjelajah sekitar pantai, kami menyewa perlengkapan snorkeling dan langsung menuju spot yang katanya punya terumbu karang paling indah.

Begitu kepala saya masuk ke dalam air, pemandangannya benar-benar luar biasa. Terumbu karang warna-warni, ikan-ikan kecil yang berenang bergerombol, dan air laut yang begitu jernih. Saya bahkan bisa melihat beberapa bintang laut dan anemon laut yang bergoyang mengikuti arus.

Saya mengapung di permukaan, membiarkan tubuh saya mengikuti aliran air, menikmati dunia bawah laut yang begitu tenang. Sesekali, saya melihat ke atas—langit biru, matahari bersinar terang, dan suara teman-teman yang tertawa sambil berenang.

Sungguh, di momen-momen seperti ini, saya merasa seolah-olah tidak ada hal lain yang perlu dikhawatirkan.

Menikmati Pantai & Makan Siang di Pulau Labun

Setelah puas snorkeling, kami kembali ke pantai dan mencari tempat teduh untuk beristirahat.

Tidak jauh dari dermaga, ada area terbuka yang cukup nyaman. Beberapa pohon rindang memberikan keteduhan alami, dan dari sini, kami bisa menikmati pemandangan laut sambil duduk santai.

Kami membawa bekal makan siang sendiri, karena di pulau ini tidak banyak warung makan. Makan dengan pemandangan laut seperti ini benar-benar terasa berbeda. Nasi bungkus dan ikan bakar sederhana terasa jauh lebih nikmat dibanding makan di restoran mewah.

Sambil makan, kami berbincang santai. Ada yang bercerita tentang pengalaman snorkeling tadi, ada yang hanya menikmati angin sepoi-sepoi, dan ada juga yang sibuk mengambil foto. Saya sendiri lebih memilih diam, menikmati suasana yang damai ini.

Posting Komentar

Komentar